Teks
Khutbah Jumat Singkat
Bahaya Dosa Jariyah
Ust.
Sadmonodadi
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ
وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
قال الله : يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ
حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اَمَّابَعْدُ:
اَيُّهَـاالنَّاسُ ! اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ لَعَلَّكُمْ
تُرْحَمُوْنَ.
Jama’ah
rahimakumullah
Segala
puji bagi Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Anugerah, Dialah yang
memiliki kekayaan, keagungan dan kebaikan yang memberi kita petunjuk agar
selalu beriman. Dia melebihkan agama Islam dibanding agama-agama lainnya dan
memberi kita anugerah yang amat besar karena kepada kita diutuslah makhluk-Nya
yang paling mulia dan paling utama disisi-Nya, kekasih dan Khalil-Nya, hamba
dan rasul-Nya - Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada
Rasulullah SAW, untuk keluarga beliau, untuk para sahabat, dan untuk seluruh
umat beliau yang setia sampai akhir zaman.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Sesungguhnya
yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya amal yang kita lakukan, namun juga dampak dan
pengaruh dari amal itu. Allah berfirman di surat Yasin ayat 12 :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا
قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam
kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Orang yang
melakukan amal baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan
itu. Ketika seseorang mengajarkan ilmu yang bermanfaat, maka ia akan mendapatkan pahala karena amalnya itu. Tetapi bukan itu saja yang dia
dapatkan, ia akan mendapatkan tambahan pahala dari kebaikan orang-orang yang
mengamalkan ilmu yang dia ajarkan.
Sebaliknya,
orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan
dosa dari perbuatan yang dia lakukan ditambah dampak buruk dari apa yang yang dia
kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran
dosa itu.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam
bersabda :
مَن
دَعا إلى هُدًى، كانَ له مِنَ الأجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَن تَبِعَهُ، لا يَنْقُصُ
ذلكَ مِن أُجُورِهِمْ شيئًا، ومَن دَعا إلى ضَلالَةٍ، كانَ عليه مِنَ الإثْمِ
مِثْلُ آثامِ مَن تَبِعَهُ، لا يَنْقُصُ ذلكَ مِن آثامِهِمْ شيئًا.
"Siapa saja yang menyeru kepada
petunjuk, dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya.
Hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun.Dan siapa saja yang menyeru
kepada kesesatan, baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya. Hal
itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun.”
Karena
itulah, Islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh
baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan
itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, ditambah dampak baik dari amalnya.
Hadhirin, kaum
muslimin yang kami hormati!
Terkait dengan itu, di dalam Islam dikenal istilah amal jariyah. Jenis amal yang pahalanya akan terus mengalir bagi pelakunya, bahkan ketika ia telah meninggal dunia. Pelaku amal terus
mendapatkan kucuran pahala, selama amal yang
dia lakukan masih diambil manfaatnya oleh kaum muslimin lainnya
untuk melakukan ketaatan. Satu hadits yang menjadi dasar akan adanya amal
jariyah ini adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا
مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
"Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus,
kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang
mendoakannya." (HR. Imam Nasa’i dan Imam Turmudzi).
Kaum
muslimin yang berbahagia,
Disamping
ada pahala jariyah, dalam islam juga dikenal dosa yang sifatnya sama yakni dosa jariyah. Dosa yang tetap terus melekat kepada pelakunya, sekalipun orangnya telah meninggal.
Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada orang tersebut, sekalipun dia tidak lagi
mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Tentu betapa
celakanya nasib orang yang demikian. Ketika semua orang memerlukan penolong berupa pahala amal-amal
shalehnya di perjalanan menuju Allah Subhanahu
wa ta'ala, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Bisa dibayangkan,
penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Kaum
muslimin yang semoga dirahmati Allah!
Terdapat tiga kelompok yang mendapatkan limpahan dosa jariyah :
Pertama, kelompok orang mengajak melakukan kesesatan dan maksiat.
Banyak orang secara aktif
mengajak orang banyak untuk berbuat
maksiat. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang
mempropagandakan kemaksiatan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ
عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada
kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak
dikurangi sedikitpun.” (HR. Muslim)
Termasuk kelompok ini adalah para
propagandis yang menyebarkan aliran sesat, mereka menyebarkan pemikiran
menyimpang. Termasuk kelompok ini adalah para penyeru kesyirikan, para penyeru
khurafat dan tahayul, mereka yang mengajak masyarakat untuk menghidup-suburkan
budaya jahiliyah. Termasuk mereka adalah yang
menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid,
menghalangi mukmin-muslim menegakkan sunnah.
Orang-orang inilah contoh yang
paling mudah terkait hadis di atas.
Sepanjang masih ada manusia yang
mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan, kesyirikan dan penghasung pemikiran menyimpang, penyemai
budaya jahiliyah, selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa,
sekalipun dia sudah berkalang tanah.
Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Kedua, mereka
yang secara ucapan tidak mengajak orang berbuat dosa, tetapi mereka melakukan
kemaksiatan dan perbuatan maksiatnya menginspirasi orang untuk melakukan dosa.
Diantara yang termasuk kelompok
orang-orang ini adalah mereka yang melakukan dosa untuk dirinya sendiri, tetapi
kemudian ia menceriterakan perbuatan maksiatnya pada orang lain, atau perbuatan
tercelanya itu tersebar ke ruang publik dan orang banyak menirunya, maka
sesungguhnya ia telah menyemai dosa jariyah. Manakala seseorang melakukan perbuatan dosa
dan orang-orang pada tersinspirasi melakukan dosa perbuatan maksiat semacam atau
bahkan mengembangkannya menjadi dosa-dosa baru yang bisa jadi lebih dahsyat,
maka sesungguhnya orang-orang ini telah menyemai dosa jariyah.
Meskipun orang-orang ini tidak secara verbal mengajak orang berbuat
dosa, tetapi karena dampak dari perbuatan dosanya mengundang orang lain berbuat
dosa, maka orang-orang ini akan mendapatkan bagian dari dosa orang-orang yang
mengikutinya. Sekali lagi, meskipun dia
sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya.
Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً
سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ،
مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu
kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia
mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan
itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR.
Muslim).
Karena itulah, anak adam yang
pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan
karena kedzaliman di alam ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ
آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang
terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan
mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.” (HR. Bukhari, Ibn Majah,
dan yang lainnya).
Tentu bisa dibayangkan betapa
celakanya orang-orang yang pertama kali mendesain pakaian yang mempertontonkan
aurat, kemudian dia sebarkan melalui media massa, internet, lalu ditiru banyak
orang. Sekalipun mereka tidak ngajak khalayak untuk memakai pakaian yang
mempertontonkan aurat, namun mengingat mereka yang mempelopori gambar-gambar
itu, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua
orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.
Sama seperti orang-orang yang
melakukan maksiyat kemudian kemaksiyatan mereka itu tersebar ke khalayak ramai
dan orang banyak menirunya bahkan mengembangkannya, maka pelakunya akan
mendapat kiriman dosa jariyah. Meskipun mereka tidak mempunyai niat untuk menyebarkan perbuatan maksiyat dan tidak
mempunyai niat untuk mengajak berbuat maksiyat.
Hadirin, dua yang disebutkan hanya
contoh. Masih banyak orang melakukan
maksiat di ruang-ruang publik, kemudian satu, dua lalu berjuta orang
terinspirasi oleh perbuatan maksiat itu lalu menirunya atau bahkan
mengembangkannya, maka pelakunya secara multilevel akan mendapat bagian dari
dosa-dosa perbuatan nista itu.
Jama'ah rahimakumullah!
Kelompok pewaris dosa jariyah ketiga adalah mereka yang
memfasilitasi dan memudahkan perbuatan maksiyat.
Termasuk pewaris dosa jariyah adalah penyedia fasilitas kemaksiyatan. Ini
bisa berupa tempat dan perlengkapan judi, tempat dan fasilitas perzinaan,
penyedia media kemaksiatan dan lain-lain.
Demikian juga mereka yang menggunakan kuasa untuk membuat peraturan dan
kebijakan yang memudahkan terjadinya perbuatan maksiyat akan mendapat dosa
sebanding dengan akibat buruk dari peraturan dan kebijakan yang dibuat.
Semoga Allah menjauhkan kita menjadi inspirator dalam berma’siyat dan
memasukkan kita dalam barisan orang-oarng yang senantisas berbuat baik.Amiin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ
اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر
ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ
KHUTBAH
2
إرسال تعليق