Teks Khutbah Jumat
Singkat
Tiga Perkara yang Membinasakan
Ustadz Sadmonodadi
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jama'ah Jum'at rahimakumullah!
Alhamdulillah,
yang pertama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu
wata’ala, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat
kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua.
Semoga
shalawat dan salam tercurah dari Allah subhanahu wata’ala. kepada Nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita cintai, terlimpah bagi
keluarganya, para sahabatnya, dan semua orang yang menaati perintahnya.
Marilah
kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Semoga, kita
selalu diberi kekuatan Allah, untuk senantiasa mampu meningkatkan kadar
ketaqwaan kita, hingga kelak kembali kehadirat Allah dalam keadaan kadar
ketaqwaan yang sempurna. Mati dengan khusnul khotimah. Amin.
Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.”
(QS. Ali Imran: 102)
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Semua manusia punya keinginan untuk hidup bahagia. Oleh
karenanya kita melihat orang-orang bergegas dan berpayah-payah untuk mengejar
kebahagiaan itu menurut yang mereka yakini. Ada yang sangat rakusnya
mengumpulkan banyak harta karena meyakini bahwa kebahagiaan terletak pada
banyaknya harta. Ada juga yang mengejar jabatan atau mengejar
popularitas karena meyakini kebahagiaan terletak disitu. Waktu, tenaga
dan pikirannya dihabiskan untuk apa yang mereka anggap bisa membawa kepada
kebahagiaan.
Kaum
muslimin rahimakumulah!
Orang-orang beriman juga berharap untuk mendapatkan
kebahagiaan ini. Dalam Islam, kebahagiaan disebut dengan istilah sa’adah,
yang terdiri dari dua aspek yakni kebahagiaan
dunia dan kebahagiaan akhirat. Orang-orang beriman senantiasa menyerukan
dalam setiap do'anya : rabbanaa aatinaa fiddunya hasanah wa filaakhirati hasanah
waqinaa 'adzaabannar – Ya Tuhan kami anugerahilah kami kebaikan hidup di
dunia dan kebaikan hidup di akhirat serta jauhkan kami dari adzab neraka. Do'a ini berkesesuaian dengan firman Allah subhanahu
wa ta'ala dalam surah al Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ
فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا
"Dan
carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia ..."
Kebahagiaan dunia adalah ketika mukmin-muslim dapat mempertahankan
keimanan atau keyakinan dan mampu melaksanakan amal shaleh yakni perilaku yang
sesuai dengan keyakinan tersebut. Sedangkan kebahagiaan akhirat adalah surga
yang nikmatnya tanpa batas yang dijanjikan
Allah subhanahu wa ta'ala.
Jama'ah Jum'at rahimakumullah!
Kebahagiaan dunia-akhirat itu menurut petunjuk agama
dapat diraih dengan beriman dan melakukan amal shalih. Dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97 Allah berfirman:
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّه حَيٰوةً
طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa
mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
Kunci
meraih kebahagiaan adalah iman kepada Allah ta'ala. Mengimani bahwa Alah adalah Dzat yang menciptakan,
menguasai, memberi rejeki dan memelihara alam raya ini. Iman
yang benar akan mengantarkan seseorang untuk menyembah dan minta
pertolongan hanya kepada Allah semata. Iman juga akan menghasung para mukmin
untuk belakukan berbagai kebaikan.
Jika
dan hanya jika seseorang beriman dan beramal shalih maka ia akan mendapat
kebahagiaan yang sesungguhnya. Hal itu ditegaskan Allah subhanahu wa ta’ala
dalam al-Qur'an surah ar-Ra'du ayat 29 :,
ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ طُوبَىٰ لَهُمۡ وَحُسۡنُ مَـَٔاب
“Adapun
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.”
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Selain
melakukan sebanyak-banyak amal shalih berdasar iman, para mukmin harus
berhati-hati akan perkara-perkara yang akan menghancurkan kebahagiaan dunia dan
akhiratnya. Diantara perkara-perkara yang akan menghancurkan kehidupan dunia
dan akhirat orang beriman adalah sebagaimana dikatakan Rasulullah shallahu
'alaihi wassalam dalam hadits riwayat Imam Thabrani :
ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ
مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بنفْسِهِ
“Tiga
perkara yang membinasakan; kebakhilan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti,
dan takjubnya seseorang terhadap dirinya sendiri.”
Hadits ini Rasulullah memperingatkan kepada para orang beriman akan tiga hal yang bisa menjerumuskan kita kepada kehancuran. Tiga
perkara itu adalah :
Pertama,
kikir yang ditaati.
As-Syukh, adalah kebakhilan dengan
disertai ketamakan. Sifat kikir yang disertai tamak itu akan menjadikan
seseorang tega mengambil yang bukan miliknya baik berupa
harta maupun selainnya. Tentu sifat ini
akan menyebabkan kedhaliman dan permusuhan dan permusuhan diantar
manusia. , baik berupa harta atau selainnya.
Sungguh
Nabi shallallahu alaihi
wassalam telah
memberikan peringatan bahaya dari sifat syukh ini. Dari Jabir bin ‘Abdillah, bahwa Rasulullah
bersabda,
اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإِنَّ
الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ
أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ
وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ.
“Takutlah
kalian dari kezhaliman, dikarenakan kezhaliman adalah kegelapan pada hari
kiamat. Dan takutlah kalian dari syukh, dikarenakan syukh adalah perkara yang
membinasakan orang-orang yang sebelum kalian. Syukh itu membawa mereka untuk
menumpahkan darah-darah mereka, dan menghalalkan kehormatan-kehormatan mereka.”
(HR. Muslim)
Jama'ah
Jum'at rahimaku
Perkara kedua yang bisa menghancurkan kebahagiaan dunia
dan akhirat adalah hawa nafsu yang diikuti.
Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah salah satu yang dihiaskan kepada
manusia. Hawa nafsu dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan
manusia. Nafsu makan misalnya dibutuhkan agar manusia bisa memasukkan nutrisi
ke dalam tubuhnya. Nafsu seks misalnya dibutuhkan agar manusia bisa
mempertahankan keturunannya. Demikian nafsu-nafsu yang lain; ada manfaatnya
bagi kehidupan manusia.
Tetapi jika tidak dikendalikan nafsu senantiasa
mengajak kepada keburukan. ‘Hawa
itu adalah kecondongan jiwa kepada syahwat.’ Maka mengikuti hawa nafsu adalah
lebih mengutamakan kecondongan jiwa kepada syahwat, dan tunduk kepadanya dalam
perkara yang ia mengajak kepadanya, yaitu berupa bermaksiat kepada Allah
subhanahu wa ta'ala.
Karena bahaya akan hawa nafsu yang dituruti ini ini dalam hadits
riwayat Imam Ahmad Rasulullah memperingatkan :
إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ،
شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى
“Sesungguhnya
termasuk perkara yang kukhawatirkan terhadap diri kalian adalah syahwat dosa
pada perut-perut dan kemaluan-kemaluan kalian, serta kesesatan-kesesatan hawa
nafsu.”
Kaum
muslimin rahimakumullah!
Ketiga, takjubnya seseorang
terhadap dirinya sendiri.
Makna
dari ujub adalah dia menyangka dirinya
sendiri dengan apa yang tidak ada padanya.
Ia melihat kepada diri sendiri dengan pandangan kesempurnaan dan
anggapan baik dengan melupakan bahwa kalaupun semua itu anugerah Allah. Akibat
kekaguman pada diri sendiri seseorang akan merendahkan orang lain dan
menyombongkan dirinya atas orang lain.
Penyakit
ujub adalah
penyebab awal seseorang menolak kebenaran dan kehilangan akal sehat. Seseorang
yang ujub akan
terjebak dalam kebodohan berkepanjangan, karena ia akan menolak kebenaran-kebenaran
yang tak sesuai dengan akalnya yang terbatas dan nafsu yang selalu mengarahkan
kepada keburukan.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ،
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ
جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا
إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِي الكَرِيْم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أما بعد: قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ
الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ،
إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
الَّلهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ
اللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا
لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً،
إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا
آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ
Untuk membaca atau mencetak file khutbah jumat singkat bahasa Indonesia ini dalam bentuk PDF silahkan download melalui tautan berikut ini :
إرسال تعليق