Sabar adalah perkara yang sangat agung di sisi Allah subhanahu wata’ala. Dengan sabar inilah seorang hamba menempuh jalan sukses dan keberuntungan di dunia dan akhirat. 


Betapa banyak para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti mereka meraih kesuksesan dengan menempuh jalan kesabaran

Allah menjanjikan surga sebagai balasan bagi orang yang mau bersabar dalam setiap kehidupannya.

Berikut ini akan kita pelajari bersama tentang sabar dalam Islam mulai dari pengertian sabar, tingkatan-tingkatannya, hukum sabar dalam Islam, hakikat sabar dalam Islam, hingga buah dari kesabaran itu sendiri :

A. Pengertian Sabar

Sabar secara bahasa berartالحَبْسُ yang artinya menahan, mencegah, atau menghalangi. Dalam Islam, sabar secara istilah adalah menahan diri untuk tetap melakukan sesuatu yang diinginkan oleh Allah dan menahan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.

B. Tingkatan-tingkatan Sabar dalam Islam

Sabar memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri tergantung dari kadar kemuliaan dan kepayahan dalam melaksanakannya. Berikut ini tingkatan-tingkatan sabar mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah :
  • 1. Sabar dalam Ketaatan

Sabar dalam ketaatan kepada Allah adalah sabar dengan tingkatan yang tertinggi. Karena mengerjakan kewajiban memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah subhanahu wata’ala. 

Selain itu, sabar dalam ketaatan cenderung lebih berat bagi seorang hamba, apalagi apabila dalam keadaan amanKarena dalam keadaan tersebut lebih memicu timbulnya kemalasan dalam mengerjakan ketaatan.
  • 2. Sabar dalam Menjauhi Kemaksiatan

Tingkatan sabar yang dibawahnya adalah sabar dalam menjauhi kemaksiatan. Kesabaran jenis ini lebih rendah dibandingkan kesabaran dalam ketaatan.

Secara fitrah, manusia sudah dibekali sifat-sifat yang dapat membentengi dirinya dari kemaksiatan; seperti merasa malu, takut, gelisah, benci dan lain sebagainya. Dengan sifat-sifat inilah manusia memiliki kecenderungan tidak suka melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.
  • 3. Sabar dalam Menghadapi Musibah

Tingkatan sabar yang dibawahnya adalah sabar dalam menghadapi musibah. Tingkatan sabar ini adalah tingkatan sabar yang terendah. Karena kesabaran dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan adalah kesabaran yang bersifat ikhtiyar. Kita bisa memilih dan memutuskan apakah mau berbuat ketaatan dan menjauhi maksiat atau sebaliknya. 

Sedangkan sabar dalam musibah kita tidak bisa memilihnya. Karena musibah adalah perkara yang sudah ditentukan oleh Allah dan mau tidak mau kita dituntut untuk menghadapinya.

C. Hukum Sabar dalam Islam

Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa sabar adalah perkara yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada orang-orang yang beriman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.[1]

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.[2]

Selain itu, Allah subhanahu wata’ala juga melarang kita untuk terburu-buru dan tidak bersabar :

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.[3]

Namun, hukum sabar tidak wajib secara mutlak tanpa ada batasan. Akan tetapi, adakalanya wajib, adakalanya dianjurkan, adakalanya diperbolehkan, adakalanya dimakruhkan, bahkan diharamkan. Sebagaimana firman Allah ta’ala :

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرِينَ

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.[4]

Ayat tersebut menunjukkan bolehnya korban kedzaliman membalas pelaku kedzaliman sesuai kadar kedzalimannya. Namun, sabar itu lebih baik baginya dari pada membalasnya. 

Hal ini menunjukkan bahwa seandainya sabar itu diwajibkan dalam setiap keadaan niscaya Allah akan mewajibkan sabar walaupun keadaan terdzalimi.

Berikut ini beberapa contoh praktik sabar dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan klasifikasi kedudukan hukumnya :
  • Sabar yang diwajibkan : sabar menahan kantuk dan beratnya melaksanakan shalat subuh, sabar menahan godaan lawan jenis, sabar dikala anggota keluarganya meninggal dunia, dsb.
  • Sabar yang dianjurkan : sabar menahan beratnya melaksanakan shalat malam.
  • Sabar yang dimakruhkan adalah ketika sabar (menahan diri) dari perbuatan-perbuatan yang dianjurkan, sehingga ia tidak mengerjakannya contoh : sabar minum dengan keadaan berdiri.
  • Sabar yang diharamkan : sabar ketika ada yang bermaksud buruk kepada keluarganya sedangkan ia mampu untuk melindunginya.
  • Sabar yang diperbolehkan yaitu sabar atas perbuatan yang mubah, seperti : makan, minum, dsb.

D. Kapan Seseorang Bisa Dikatakan Sabar?

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang kita cintai meninggal dunia, apa yang biasanya kita perbuat?? Langsung menangisi dan meratapinyaAtau menerima apa yang Allah kehendaki kepada kita seraya mengucapkan kalimat istirja’??

Maka jawabannya ada dalam hadits sebagai berikut :

مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ، فَقَالَ: اتَّقِي اللَّهَ وَاصْبِرِي، قَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِي، وَلَمْ تَعْرِفْهُ، فَقِيلَ لَهَا: إِنَّهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَتَتْ بَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ، فَقَالَتْ: لَمْ أَعْرِفْكَ، فَقَالَ: إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

Suatu ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melewati seorang wanita yang menangis di kuburan, lalu beliau bersabda : “Takutlah pada Allah, dan bersabarlah!”

Wanita itu menjawab : “Pergilah dariku, sesungguhnya engkau tidak merasakan musibah yang menimpaku dan tidak mengetahuinya.”

Lalu wanita itu pun diberitahu bahwa yang mengajak bicara padanya adalah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Maka ia beranjak ke rumah Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan ia tidak menemukan penjaga pintu.

Lalu wanita itupun berkata : “Aku tidak mengetahui (bahwa yang mengajak bicara waktu itu adalah) engkau.”

Beliaupun bersabda : “Sesungguhnya sabar itu ketika kejutan yang pertama.”[5]

Dari hadits tersebut kita mengetahui bahwa sabar yang paling besar pahalanya adalah ketika pertama kali tertimpa musibah maka seketika itu hati kita langsung bersabar. 

Praktek bersabar yang benar adalah menerima apa yang Allah kehendaki untuk kita seraya mengucapkan kalimat istirja’. Bukan menangis meronta-ronta, atau meratapinya terlebih dahulu setelah itu baru beristirja’. Berdasarkan firman Allah ta’ala :

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".[6]

Dalam ayat tersebut Allah mensifati orang-orang yang sabar adalah orang yang ketika ditimpa musibah maka ia langsung bersabar seraya mengucapkan kalimat “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. 

Hal ini menunjukkan bahwa seseorang bisa mendapatkan pahala sabar yang sempurna ketika musibah itu menghunjam hati lantas ia langsung bersabar seraya mengucapkan kalimat istirja’ tanpa marah-marah, mengeluh, menangis, atau meratapi nasib terlebih dahulu.

E. Hakikat Sabar dalam Islam

  • 1. Bersabar dalam Ketaatan kepada Allah

Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwa sabar yang paling tinggi kedudukannya adalah sabar dalam menjalankan ketaatan. Sabar dalam ketaatan kepada Allah adalah sabar yang paling agung dan paling berat. 

Allah ta’ala sendiri telah mengisyaratkan kepada kita bahwa sabar dalam ketaatan jauh lebih agung dari pada jenis kesabaran yang lainnya. Allah ta’ala berfirman :

فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ

maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya.[7]

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.[8]

Dari ayat tersebut, Allah ta’ala tidak menggunakan kata اصْبِرْ dalam mengungkapkan perintah bersabar. Namun, Allah menggunakan اصْطَبِرْ yang mana kata tersebut memiliki makna lebih sempurna dan lebih kuat dibandingkan kata اصْبِرْ

Hal ini menunjukkan bahwa bersabar dalam ketaatan (yakni ibadah) jauh lebih ditekankan dibandingkan selainnya.

Seseorang bisa dikatakan sabar dalam ketaatan apabila ia bersabar dalam tiga keadaan sebagai berikut :
  • Pertama, bersabar sebelum menjalankan ketaatan; yakni dengan memperbaiki niat dan membuang sifat riya’.
  • Kedua, bersabar ketika menjalankan ketaatan; yakni sabar untuk tidak lalai dari mengingat Allah ta’ala, tidak bermalasan dalam melaksanakannya, menjaga kewajiban-kewajiban, rukun-rukun yang ada dalam ibadah tersebut, dan lain sebagainya.
  • Ketiga, bersabar ketika selesai mengerjakan ketaatan; yakni bersabar untuk tidak menyiarkan ibadahnya kepada orang lain, menghilangkan sifat ujub, dan mengungkit-ungkitnya.
  • 2. Bersabar dalam Menjauhi Kemaksiatan
Sebagaimana sabar dalam ketaatan, seseorang dapat dikatakan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan apabila mampu bersabar dalam tiga keadaan sebagai berikut :
  • Pertama, sabar dalam menjauhi maksiat sebelum meninggalkannya; yakni dengan mendatangkan niat untuk menjauhinya.
  • Kedua, sabar dalam menjauhi maksiat ketika meninggalkannya; yakni dengan menjauhinya dan meninggalkannya.
  • Ketiga, sabar dalam menjauhi maksiat ketika sesuatu yang memancing pada kemaksiatan telah menghilang; yakni dengan membuang sifat ujub karena telah berhasil meninggalkan maksiat tersebut.
  • 3. Bersabar dalam Menghadapi Musibah
Seseorang bisa dikatakan bersabar dalam menghadapi musibah tatkala ia tidak mengeluhkan musibah yang menimpanya. Diantara perbuatan-perbuatan yang menafikan kesabaran adalah meratapi musibah, menampar-nampar pipi, mengoyak-ngoyak baju, memukul kepala, teriak-teriak, menangis yang menjadi-jadi, dan semisalnya. 

Adapun seperti menceritakan keluhan penyakit kepada dokter untuk tujuan pengobatan maka ini tidaklah mengapa. Demikianpula rintihan orang yang kesakitan dan semisalnya juga tidak termasuk perbuatan yang menafikan kesabaran.

Yang perlu kita ketahui adalah bahwa hakikat sabar yang sesungguhnya itu terletak di dalam hati. Tidaklah seseorang dikatakan bersabar walaupun ia mengaku bersabar dan terlihat bersabar namun hatinya merasa marah, tidak senang, atau benci dengan musibah yang menimpanya.

F. Buah dari Kesabaran

  • 1. Keberuntungan di Dunia dan Akhirat

Allah ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.[9]
  • 2. Semua Manusia Rugi Kecuali Mereka yang Iman dan Bersabar

Allah ta’ala berfirman :

وَالْعَصْرِ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.[10]
  • 3. Ampunan dan Pahala yang Besar

Allah ta’ala berfirman :

إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.[11]
  • 4. Sabar adalah Jalan Menuju Surga

Allah ta’ala berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.[12]

Maksudnya yakni, janganlah mengira kalian akan masuk surga apabila kalian belum ditimpa musibah dan bersabar atas musibah tersebut. Allah ta’ala berfirman :

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.[13]
  • 5. Mendapat Salam dari Para Malaikat Ketika di Surga

Allah ta’ala berfirman :

سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

(sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum" (Semoga keselamatan senantiasa tetap atas kalian sebab kalian telah bersabar). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.[14]
  • 6. Dibangunkan Baitul Hamdi (Rumah yang Terpuji) di Surga

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ

Ketika anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikat : “Apakah kalian mencabut nyawa anaknya hamba-Ku!” Para malaikatpun menjawab : “Iya.” Lalu Allah berfirman : “Apakah kalian mencabut buah hatinya?” Para malaikat menjawab : “Iya.” Allah berfirman : “Apa yang dikatakan hamba-Ku?” Para malaikat menjawab : “Ia memuji-Mu dan beristirja’.” Maka Allah berfirman : “Bangunkanlah rumah di surga bagi hamba-Ku ini, dan berilah nama rumah itu dengan nama baitul hamdi (rumah yang terpuji).[15]
  • 7. Pahala yang Tidak Disia-siakan

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.[16]
  • 8. Memperoleh Pahala dari Allah

Allah ta’ala berfirman :

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar".[17]
  • 9. Pahala yang Berlipat dan Tanpa Batas

Allah ta’ala berfirman :

أُولَٰئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُم مَّرَّتَيْنِ بِمَا صَبَرُوا

Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka,[18]

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.[19]
  • 10. Menjadi Panutan dalam Agama

Allah ta’ala berfirman :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.[20]
  • 11. Bersama Allah Subhanahu Wata’ala

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.[21]
  • 12. Memperoleh Bantuan

Allah ta’ala berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.[22]

Yakni, karena dengan sabar dan shalat itulah Allah akan memberikan bantuannya.
  • 13. Memperoleh Pertolongan

Allah memberikan pertolongan pada pasukan perang badar dengan didatangkannya lima ribu Malaikat karena mereka bersabar. Allah ta’ala berfirman :

بَلَىٰ ۚ إِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِّنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.[23]
  • 14. Selamat dari Upadaya Musuh

Allah ta’ala berfirman :

وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا

Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.[24]
  • 15. Shalawat, Rahmat dan Hidayah dari Allah

Allah ta’ala berfirman :

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾

Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [25]
  • 16. Memperoleh Cinta dari Allah

Allah ta’ala berfirman :

وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.[26]
  • 17. Sanjungan dari Allah

Allah menyanjung Nabi Ayyub dengan sanjungan yang terbaik karena ia bersabar. Allah ta’ala berfirman :

إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya).[27]
  • 18. Sabar adalah Sinar

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Shalat adalah cahaya, sedekah adalah bukti, sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah alasan untuk membelamu atau mencelakaimu (karena tidak mengamalkannya).[28]
  • 19. Memperoleh Manfaat dari Ayat-ayat Allah

Ayat-ayat Allah baik qouliyyah maupun kauniyyah hanya bisa diambil manfaat dan faedahnya oleh orang-orang yang sangat sabar, bukan mereka yang hanya sekedar sabar. Karena Allah menggunakan shigah mubalaghah[29] dalam mengungkapkan firman-Nya :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ آيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.[30]

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.[31]

إِن يَشَأْ يُسْكِنِ الرِّيحَ فَيَظْلَلْنَ رَوَاكِدَ عَلَىٰ ظَهْرِهِ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaannya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur,[32]

فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.[33]
  • 20. Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik dari Allah

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}، اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Seorang muslim yang tertimpa musibah lalu mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah : (yakni kalimat) “Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun, ya Allah berikanlah pahala dalam musibahku, dan gantilah untukku pada yang lebih baik.” Maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.[34]

Ringkasan :

  • Sabar secara bahasa artinya menahan. Secara istilah menahan diri untuk taat dan menjauhi larangan Allah.
  • Tingkatan sabar ada 3 : (1) Sabar dalam ketaatan (2) Sabar dalam menjauhi maksiat (3) Sabar dalam menghadapi musibah
  • Hukum sabar ada 5 : (1) Wajib (2) Dianjurkan (3) Makruh (4) Haram (5) Diperbolehkan
  • Seseorang bisa dikatakan sabar ketika bersabar saat permulaan hati terkejut.
  • Sabar dalam mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat mencakup sebelum, ketika dan sesudah mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat.
  • Sabar menghadapi musibah adalah menerima musibah dengan hati ridha, tidak marah-marah, banyak mengeluh, meratapi nasib, dan semisalnya.
  • Buah dari kesabaran sangatlah banyak, diantaranya : keberuntungan dunia akhirat, menghilangkan kerugian, ampunan dan pahala yang besar, jalan menuju surga, salam dari malaikat saat di surga, dibangunkan baitul hamdi, pahala yang tidak disia-siakan oleh Allah, pahala berlipat dan tanpa batas, menjadi panutan dalam agama, bersama Allah, memperoleh bantuan dan pertolongan, diselamatkan dari musuh, mendapat cinta dan sanjungan dari Allah, sabar adalah sinar, memperoleh manfaat dari ayat-ayat Allah, mendapatkan ganti yang lebih baik dari Allah.
Oleh : Adam Rizkala


[1] QS. Ali Imran ayat 200
[2] QS. Al-Baqarah ayat 45
[3] QS. Al-Ahqaaf ayat 35
[4] QS. Al-Nahl ayat 126
[5] HR. Bukharo no. 1283
[6] QS. Al-Baqarah ayat 156
[7] QS. Maryam ayat 65
[8] QS. Thaha ayat 132
[9] QS. Ali Imran ayat 200
[10] QS. Al-‘Ashr ayat 1 – 3
[11] QS. Hud ayat 11
[12] QS. Al-Baqarah ayat 214
[13] QS. Al-Baqarah ayat 177
[14] QS. Ar-Ra’du ayat 24
[15] HR. Tirmidzi no. 1021
[16] QS. Yusuf ayat 90
[17] QS. Al-Qashash ayat 80
[18] QS. Al-Qashash ayat 54
[19] QS. Az-Zumar ayat 10
[20] QS. As-Sajdah ayat 24
[21] QS. Al-Baqarah ayat 153
[22] QS. Al-Baqarah ayat 45
[23] QS. Ali Imran ayat 125
[24] QS. Ali Imran ayat 120
[25] QS. Al-Baqarah ayat 155 – 157
[26] QS. Ali Imran ayat 146
[27] QS. Shad ayat 44
[28] HR. Muslim no. 223
[29] Sebuah bentuk kata dalam bahasa Arab berbentuk isim fa’il yang menunjukkan makna sifat yang sangat kuat terhadap yang disifati.
[30] QS. Luqman ayat 31
[31] QS. Ibrahim ayat 5
[32] QS. Asy-Syuura ayat 33
[33] QS. Saba’ ayat 19
[34] HR. Muslim no. 918

Post a Comment

أحدث أقدم